Senin, 30 Agustus 2010

Kematian itu semakin dekat

Pagi ini memasuki hari ke – 7 bulan Ramadhan, subhanallah ternyata masih diberiNya kesempatan untuk merasakan berkahnya bulan Ramadhan ini,,,pagi ini , orang – orang dirumah sedang sibuk dengan kegiatannya masing2, dan hari ini libur karena hari ini rakyat Indonesia sedang merayakan hari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia kita tercinta. Dan, pagi ini rumahku yang sepi, ane pun mulai mencari kegiatan untuk mengisi waktuku. Komputer mulai dinyalakan, dan jari jemari ini langsung saja menungkan apa yang ada di pikiran ini.
Bukan ingin bercerita tentang hari kemerdekaan RI ataupun keadaan rumahku , tapi jari jemari ini terus saja mengetikkan apa yang ada di fikiranku…yah, tadi pagi sewaktu sahur untuk yang kesekian kalinya mendengar kabar duka dari beberapa keluargaku. Silih berganti mulai dari 2 bulan yang lalu, Wak (red; paman) ku meninggal, dan ane melihat dengan langsung kejadiannya, sekejap,,ya, hanya sekejap saja . Dia mengambil nyawa beliau, lalu berturut – turut mulai dari rekan kerja ibuku yang di kantor baru, Wak ku dari sebelah nenekku, dan kemudian saudara nenekku..kemarin sore terdengar kabar rekan kerja ibuku saat di kantor lama meninggal,,lalu, semalam sewaktu sahur ibunya paman iparku meninggal, kudengar lagi kabar duka itu.
Selepas shubuh ane pun berusaha merenungi setiap kabar duka yang selalu terdengar bahkan sering akhir2 ini,,kematian dan tentang kematian yang tidak akan pernah kita duga dan tidak akan pernah kita ketahui kapan dan dimana ajal akan menjemput kita. Berfikirlah tentang waktu yang terasa semakin cepat, berfikirlah tentang apa saja yang telah kau siapkan untuk pergi bersama ajalmu, berfikirlah tentang apa yang telah kau lakukan untuk bersiap2 dengan bekal yang kau miliki.
Mungkin, ane mengakui bahwa akupun Cuma manusia nista, manusia biasa yang sedang dalam proses menuju mencari kebenaran dan hakikat hidup ini. Tapi, berusaha menjadi lebih baik itu lebih baik daripada kita hanya menunggu kapan ajal menjemput kita.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S. Ali – Imran : 185)
Dan kita pun tidak akan pernah tahu kapan dan dimana ajal akan menjemput kita.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun( Q.S : An – nisa’ : 78)
Rezeki, maut, bahkan jodoh semuanya ada di tangan Allah, bayangkan semut kecil, lemah bahkan tak berdaya mampu hidup dan makan, semua itu karena semut itu sudah mendapatkan sebahagian rezekinya hingga ia mampu untuk makan dan bertahan hidup. Sedangkan kita, di bulan Ramadhan ini kita di latih untuk menahan lapar dan haus, menahan hawa nafsu yang terutama, tapi jika menu berbuka puasa kita kurang lengkap, kita selalu mengeluh,,setiap hari kita selalu mengumpat saudara kita, membicarakan keburukan mereka. Naudzubillah mindzalik…
Setelah perenungan, semakin sadar bahwa diri ini belum ada apa- apa, diri ini sangat sedikit bekal yang dapat di bawa kehadapanNya, dan Yakinlah bahwa kematian itu segera menejmput kita, dan Yakinlah bahwa kita sedang berlomba-lomba dengan kematian, Kematian itu semakin dekat.
Allahu’alam bishawab…

Rabu, 11 Agustus 2010

Jangan Pergi Saudaraku

Saudara itu bagaikan hubungan antar anggota badan...
Saudara itu bagaikan tangan dan mata,
Jika tangan sakit,mata ikut menangis,
dan jika mata menangis,mata yang mengusapnya..

Ketika kutemukan kita adalah sekumpulan lidi yang terikat kuat...
Lidi itu,tak mampu dipatahkan...
Mampu karena kita kuat dan bersatu...

Ketika kumenemukanmu saudaraku...
Betapa kumerasakan hakikat ukhuwah yang sebenarnya...
Betapa ku membanggakan kalian...

Saudaraku...
Kini, lidi - lidi itu mulai melepaskan dirinya satu persatu...
Lidi itu tak lagi kuat, tak lagi kokoh..
Lidi - lidi itu kini mulai merapuh
Lidi - lidi tak lagi satu tujuan...

Mungkin lidi itu rapuh,
Mungkin lidi itu taksama,
Entahlah,

Namun,satu kupinta...
Jangan Pergi Saudaraku...

Ana uhibbukum fillah...